Senin, 21 Desember 2015
Minggu, 20 Desember 2015
Senin, 26 Oktober 2015
Sabtu, 20 Juni 2015
Tanaman Menghasilkan Kelapa Sawit (Item pekerjaan)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar
belakang
Kebutuhan
pangan saat ini sangtalah menujak tinggi, mau itu berupa makanan instan atau
alami. Sehingga mengakibatkan permintaan bahan mentah semangkin tinggi mencapai
kenaikan grafik 30% pertahun. Hal ini diakibatkan semakin tinggi populasi
manusia diseluruh dunia, oleh karena itu kenaikan permintaan bahan menta
berdampak pada petani dan perkebunan.
Kenaikan
permintaan bahan ini menjadi tanggung jawab pemerintah untuk merangsang petani
dan perkebunan untuk menyiapkan permintaan pasar agar Negara dan masyarakatnya
sejahtra. Upaya ini sangatlah disambut
rama para petani dan perkebunan karena akan menambah hasil pemasukannya.
Salah satu tanaman atau hasil perkebunana
yang sangat menghasilkan adalah kelapa sawit, dimana kelapa sawit merupakan
salah satu pemasuk infes yang terbesar bagi Negara. Industry sawit juga
merupakan bagian dari penyumbang lapangan pekerjaan yang dapat memberikan
kesejahtraan kepada masyarakat, selain dari itu hasil dari kelapa sawit
sangatlah banyak antaranya minyak nabati.
Kelapa sawit
(elaies guinnensis) adalah salah satu jenis tanaman dari famili palma yang
menghasilkan minyak nabati yang dapat digunakan dalam hidup sehari-hari.dari
sekian banyak tanaman menghsilkan minyak dan lemak,kelapa sawit adalah tanaman
yang produktifitas menghasilkan minyak tertinggi,dimana tanaman kelapa hanya
menghasilkan sepertiga (700-1000 kg daging buah kelapa/ha) dari produksi kelapa
sawit (2000-3000 kg TBS/ha).
Minyak sawit
digunakan sebagai bahan baku antaranya ialah:minyak
makan,margarin,sabun,kosmetic dan industri farmasi.minyak sawit dapat digunakan
untuk begitu beragam peruntukannya karna keunggulan sifat yanmg dimilikinya
yaitu tahan oksidasi dengan tekanan tinggi,mampu melarutkan bahan kimia yang
tidak larut oleh bahan pelarut lainnya, mempunyai daya melapis yang tinggi dan
tidak menimbulkan iritasi dalam bidang kosmetik.
Kelapa sawit saat ini telah menjadi pionir dalam dunia pertanian
di Indonesia, hal itu dikarenakan telah terjadinya peningkatan harga TBS yang
luar biasa, yaitu mencapai Rp. 1550/kg TBS. Meskipun kenaikan harga TBS juga
turut diikuti oleh kenaikan harga input
produksi seperti pupuk, tenaga kerja, pestisida dan alsintan, tetapi
secara secara total peningkatan harga tbs tetap memberikan tambahan pendapatan
yang sangat menguntungkan para pekebun.
1.2.Tujuan
v
Mengenal Tanaman Kelapa Sawit
v
Mengetahui cara pemeliharaan
v
Untuk
memahami bagai mana memiliharaan tanaman kelapa sawit
v
Mengetahui item pekerjaan perkebunan
1.3.Manfaat
v Dapat
melakukan pemeliharaan dengan cara yang benar
v Dapat
mengatur jadwal item pekarjaan yang sesuai dan teratur.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.
SENSUS
2.1.1.
Pengertian
Sensus
Sensus merupakan
salah satu item pekerjaan yang sangat penting item pekerjaan ini digunakan dari
saat mulah pembukaan lahan yang memiliki tujuan yang sama dengan sensus yang
lainnya tetapi manfaatnya yang membedakannya
Sensus tanaman pada
tanaman menghasilkan (TM) adalah kegiatan mendata jumlah tanaman yang hidup
normal dan produktif didalam suatu areal yang sudah di tata ruang (blok).
2.1.2.
Jenis
– Jenis Sensus
1.
Sensus
Pokok
Sensus pokok kelapa sawit adalah
kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai keadaan sawit yang
sebenarnya dalam areal atau dalam perkebunan sering di sebut dengan istilah
blok . Kegiatan sensus pohon
dilakukan setiap tahun pada tanaman menghasilkan (TM), hal
ini agar data
jumlah pohon termonitor, sehingga
tidak salah dalam
menentukan kebijaksanaan operasional, terutama pemupukan. Sedangkan
pada tanaman belum menghasilkan, kegiatan sensus dilakukan pada umur 2, 6, dan
10 bulan setelah tanam.
Kegiatan
sensus pohon bertujuan
untuk menghitung pohon yang
produktif dan non
produktif serta untuk
memonitoring efektifitas panen
dengan melihat pola
tanam yang sudah ditanam. Adapun tujuan hasil sensus adalah
kemudahan mengelola kebun, antara lain:
1. Mengetahuai Jumlah tanaman dewasa yang hidup normal dan
produktif.
2.
Tanaman dewasa yang unproduktif .
3. Tanaman
dewasa yang abnormal karena genetis ( chimera, crown disease, erect, juvenil,
aborsi,giant, flat top).
4. Titik tanaman yang kosong atau tanaman yang
mati.
5. Tanaman
yang terserang hama dan penyakit.
6. Umur
dan jumlah tanaman sisip
7. Sebagai dasar perhitungan Budjet pemupukan
2.
Sensus
Panjang Pelepah
Sensus panjang
pelepah adalah sensus untuk mengetahui pertumbuhan vegetatif tanaman kelapa
sawit yang dilihat dari pertumbuhan pembentukan pelepah yakni jumlah pelapah,
panjang pelepah, dan jumlah anak daun. Tanaman yang berumur tua jumlah pelepah
dan anak daun yang dihasilkan lebih banyak, pelepah yang terbentuk juga lebih
panjang dibandingkan dengan tanaman yang masih muda. Hal ini berkorelasi positif
terhadap ketersediaan makanan bagi tanaman karena pelapah berfungsi sebagai
tempat berlangsungnya proses fotosistensis.
Kegiatan pengukuran
pertumbuhan merupakan upaya untuk memperoleh data tingkat pertumbuhan dan
kondisi tanaman.
Caranya yaitu mengukur
panjang pelepah pada berbagai umur. Data hasil pengukuran tersebut akan
dibandingkan dengan standar yang telah ditetapkan.
Tabel 1. Standar Panjang Pelepah
Umur (Bulan
setelah tanam)
|
Pelepah yang
diukur
|
Panjang pelepah
|
|
Bibit lokal
(cm)
|
Bibit dami (cm)
|
||
6
|
Pelepah ke 3
|
130 – 140
|
150 – 160
|
12
|
Pelepah ke 3 dan
9
|
160 – 180
|
180 – 220
|
18
|
Pelepah ke 3 dan
9
|
220 – 240
|
240 – 270
|
24
|
Pelepah ke 9 dan
17
|
270 – 290
|
290 – 320
|
Sumber : PT. IMC (2011). Standar Operasional Prosedur Agronomi
Waktu pengukuran
pertumbuhan tanaman kelapa sawit belum menghasilkan, mengikuti ketetapan dari
bagian agronomi kebun, yaitu ditentukan sebagai berikut:
Tabel 2. Jadwal Pengukuran
Pengukuran
|
Waktu
|
Pertama
|
6 bulan sesudah
penanaman
|
Kedua
|
12 bulan sesudah penanaman
|
Ketiga
|
18 bulan sesudah
penanaman
|
Keempat
|
24 bulan sesudah
penanaman
|
Cara pengukuran pertumbuhan tanaman dilakukan dengan
tahapan sebagai berikut:
Posisi pelepah yang diukur disesuaikan dengan umur tanamannya, yaitu
:
Tabel 3. Pelepah yang diukur
Bulan sesudah
penanaman
|
Pelepah yang akan
diukur
|
6
|
Pelepah 3
|
12
|
Pelepah 3 dan 9
|
18
|
Pelepah 3 dan 9
|
24
|
Pelepah 9 dan 17
|
Posisi pelepah
dihitung mulai dari titik tumbuh, pelepah nomor 1 yaitu pelepah yang telah
mekar bukan yang masih nguncup.
Pohon yang dipilih
untuk diukur panjang pelepahnya yaitu ± 36 pohon per blok 30 ha.
Penentuan pohon yang akan diukur dilakukan per 10 baris. Dimulai dari baris ke
10 pohon ke 5 dari pinggir jalan, dilanjutkan pohon ke 15 dan pohon ke 25.
Pohon yang diukur
harus pohon normal dan bukan sisipan. Apabila pohon yang akan diukur terletak
pada titik kosong atau abnormal/sisipan, maka pengukuran dilakukan pada pohon
normal disebelahnya da lam barisan.
3.
Sensus
Unproduktif
Sensus
un-produktif dilakukan agar mengetahui persentase atau banyaknya pohon yang
sudah dapat dipanen, sensus un-produktif dilakukan dengan cara mengamati setiap
pohon yang telah memiliki jumlah bunga jantan dan betina sebanyak 4 bunga per
tandan. Sedangkan sensus panjang pelepah dilakukan agar mengetahui pertambahan
pertumbuhan tanaman.
Salah satu
sensus terpenting adalah sensus unproduktif, mengapa demikian karena jika kita
tidak mengetahui apakah tanaman kita produktif akan tidak maka dampaknya adalah
kerugian. Kelapa sawit tidak akan berproduksi maksimal atau bahkan bisa mati
jika tidak dirawat.
Banyak
faktor yang menyebabkan tanaman kelapa sawit tidak tumbuh secara efektif, bisa
dilihat dari pemilihan benih yang salah dan faktor lingkungan yang tidak
mendukung pertumbuhan tanaman kelapa sawit, seperti iklim, curah hujan,
dll.Serta faktor yang takkala pentingnya adalah ketersediaannya unsur hara dan
air bagi tanaman.Ada beberapa faktor yang menyebabkan tandan kelapa sawit gagal
berkembang. Hal ini disebabkan oleh serangga penyerbuk tidak ada, karbohidrat
yang kurang, variasi iklim dan serangan hama dan penyakit.
Oleh karena
itu, pada saat masa TBM untuk menghindari tanaman produktif yang akhirnya akan
merugikan perusahaan perlu disensus dengan sensus tanaman produktif, agar
perusahaan akan mengambil tidakkan apakah tanaman akan ditingkatkan
perawatannya ataupun malah sebaiknya ditumbang.
Jika sensus
tanaman unproduktif dilakukan setelah transplanting, maka data sensus
unproduktif akan dilakukan untuk melakukan kastrasi dengan cara pemotongan
bunga jantan dan betina agar tanaman tidak menghasilkan pada umur muda,
sehingga tujuannya untuk merangsang pertumbuhan vegetatif tanaman,
menghilangkan sumber infeksi hama dan penyakit, serta memperoleh tandan buah
yang lebih besar serta munculnya keseragaman tanam hingga mudah dalam
persyaratan di pabrik. (Fauzi, dkk, 2012)
Jika dalam 1
devisi, ada 1 blok yang mengalami kemunduran produksi akibat kurangnya serangga
penyerbuk, menyebabkan satu pohon kehilangan 2 janjang kelapa sawit dari normalnya
produksi, jika tidak dilakukan sensus dan tidak diberi tindakkan lanjutan maka,
perusahaan rugi sebagai berikut:
-
Jika harga TBS = 1000/kg
-
SPH = 128/ha, BJR = 4 kg.jika normalnya 4 janjang per
tandan
-
Maka, kerugian = 128 x 4 kg x 2
= 1024 kg/ha
x Rp. 1000
= Rp.
1.024.000,00 x 30ha
= Rp.
30720000 / 1 blok
Maka
untuk menghindari kerugian akibat tanaman unproduktif maka dilakukan sensus
tanaman unproduktif .
Contoh
lain :
Cara
melakukan sensus pokok kelapa sawit adalah :
1. Petugas sensus berjalan di pasar rintis dan
arah berjalan menurut arah barisan kelapa sawit.
2. Pada
saat berjalan petugas melakukan pengamatan sensus terhadap :
* 4
(empat) barisan pokok untuk TBM tahun I dan TM.
* 2
(dua) barisan pokok untuk TBM tahun II dan III.
3. Satu
tim sensus terdiri dari 2 (dua) orang, yaitu 1 (satu) petugas pencatat dan 1
(satu) petugas pengecat/penghitung.
4.
Cara kerja petugas
pencatat (A) dan petugas
pengecat (B)
5.
Petugas A mensensus 4 barisan pokok I (baris 1,2,3,4) dan langsung menuliskan
hasil perhitungan pokok di pelepah dengan pensil. Penomoran hasil perhitungan seperti contoh di
bawah ini :
2
---> nomor barisan
32 --->
n jumlah pokok hidup
1
---> n jumlah pokok
mati/kosong
6. Petugas B langsung mengecat hasil sensus
pada 4 pokok terluar pada 4 baris I tadi sesuai dengan tulisan yang dibuat oleh
petugas A.Demikian seterusnya sampai semua baris dalam blok yang akan di sensus
selesai di sensus pokok kelapa sawit yang ada. biasanya satu tim dapat
mengerjakan 20-30 ha/Hari.
Berikut
contoh perhitungan sensus pokok ;
1. Diketahui
; Sph= 136
Luas areal = 750 ha
Actual
di lapangan 120 pokok hilang 16
pokok
Harga 1 kg pupuk Rp. 3000,-
a. Budget
kehilangan 16 pokok ?
= 750 ha x 16 pokok
= 12.000 pokok hilang
b. Kerugian
Budget pemupukannya
-
1 kg/pkk = 1kg x 12000
= 12000 kg
-
10 jenis pupuk = 10 x 12000
= 120.000 kg pupuk
-
Dilakukan dalam 2 rotasi = 120.000 kg pupuk x 2
= 240.000 kg pupuk
-
Harga pupuk = Rp 3000,- x 240.000 kg
= Rp. 720,000,000
Jadi
jika kita tidak melakukan sensus pokok dengan baik maka menimbulkan kerugian
sebesar Rp. 720,000,000
Sensus
kedua pada TM adalah sensus produksi. Sensus ini bertujuan untuk mengetahui
angka kerapatan panen dengan cara menghitung taksasi produksi dan menghitung
transportasi. Berikut contoh perhitungan taksasi produksi :
2. Diketahui
: Sph = 136
Luas
areal = 750 ha
Bjr=
3 kg
Produksi
setiap 5 baris
a.
Berapa taksai 750 ha ?
-
1 ha = 136/ 5 baris
= 27 pokok
= 27 pokok x 3 kg
= 81 kerapatan panen
Jadi 750 ha x 81 kp = 60 ton 75
kg
2.2.
PIRINGAN
Piringan
merupakan daerah yang berada di sekitar pokok kelapa sawit yang berbentuk
lingkaran dengan diameter ± 4 m. Pada setiap pokok kelapa sawit harus di beri
piringan dengan Tujuan :
1.
Memudahkan dalam proses pemanenan.
- Memudahkan dalam pengutipan brondolan & perawatan tanaman.
- Mencegah terjadinya Hama & Penyakit pada tanaman.Khususnya hama yang menyerang buah yaitu: Ulat Terataba
Dalam pembuatan piringan biasanya
dilakukan secara manual terlebih dahulu setelah itu dilakukan secara chemis.
Dengan manual biasanya untuk membentuk piringan pada pokok sesuai dengan
diameter yang di tentukan,dengan membabat gulma yang tumbuh di sekitar piringan.
Setelah piringan pada setiap pokok sudah
mulai terbentuk kemudian dilakukan secara chemis dengan menyemprot gulma yang
tumbuh dengan larutan herbisida.Apabila pada setiap pokok sawit sudah di beri
piringan dapat memudahkan pemanenan & sekitar pokok sawit tidak terlihat
gulma yang tumbuh sehingga pokok sawit dapat mampu menyerap berbagai unsur hara
di sekitar piringan.
Lebar
piringan menurut umur kelapa sawit :
1.
Tanaman umur 2-6 bulan lebar piringan
jari jari 60-65 cm,
- Tanaman umur 6-12 bulan lebar piringan jari jari 75-70 cm,
- Tanaman umur 12-24 bulan lebar piringan jari jari 100-110 cm,
- Tanaman umur 24-36 bulan lebar piringan jari jari 100-125 cm,
- Tanaman umur lebih dari 24 bulan laebar piringan jari jari 200 cm.
2.3.
GAWANGAN
Ada dua jenis
pengendalian gawangan, ada yang dengan cara manual dan ada yang kimia.Perdana
(2009) Gawangan manual adalah kegiatan pemeliharaan gawangan terhadap gulma
berkayu. Gawangan manual meliputi babat tanaman pengganggu (BTP) dan dongkel
anak kayu (DAK).
Gawangan manual
memerlukan cados, parang, dan batu asah. Teknis pelaksanaan gawangan manual
dengan cara membabat gulma berkayu. Sasaran gulma berkayu adalah Chromolaena
odorata (krinyuh), Clidemia hirta (haredong), kentosan (anakan sawit
liar), Lantana camara (tahi ayam) dan Melastoma malabathricum
(senduduk). Standar kerja gawangan manual adalah 0.5 ha/HK.
Gawangan kimia
merupakan penyemprotan dengan bahan kimia (herbisida) terhadap gulma yang
berada di gawangan. Tidak semua gulma harus diberantas, misalnya rumput-rumput
dan tanaman setahun lainnya yang berakar dangkal dan tidak tumbuh tinggi,
seperti pakis kinta (Nephrolepis biserrata) di gawangan TM masih
ditoleransi.
Tanah yang gundul
(bebas dari vegetasi) tidak diinginkan karena mendorong terjadinya erosi yang
merugikan. Alat semprot yang digunakan adalah knapsack sprayer bermerek
“Solo” bernozel kuning atau merah sesuai keadaan gulma. Herbisida yang
digunakan adalah Metafuron 20 WP dengan bahan aktif Metil Metsulfuron dengan
konsentrasi 0.016 % dan dicampur dengan Gramoxone dengan bahan aktif Diklorida
Paraquat dengan konsentrasi 0.2 %. Contoh di Minamas Plantation standar kerja
gawangan kimia ini adalah 5 ha/HK. Prestasi kerja penulis rata-rata 2.33 ha/HK
selama enam hari kerja dan prestasi kerja karyawan rata-rata adalah 2.53 ha/HK.
Teknis pelaksanaan
menerapkan pembuatan larutan induk dengan tujuan mempercepat pencampuran, mudah
dibawa, dan tepat dosis. Teknis pelaksanaan pembuatan larutan induk pada
gawangan kimia yaitu terlebih dahulu memasukkan Metafuron 20 WP sebanyak 250
gram ke jerigen volume 20 liter, kemudian ditambahkan 2.5 liter air, kemudian
ditambahkan Gramoxone sebanyak 3 liter dan larutkan dengan air sebanyak 3.7
liter. Lalu, ditambahkan air hingga volume jerigen penuh (± 20 liter). Aplikasi
pengambilan larutan induk untuk gawangan kimia sebanyak 200 ml/kap dengan alat
semprot knapsack sprayer bervolume 15 liter.
2.4.
LALANG
Catatan pentik jika perkebunan yang
terawatt baik seharusnya ilalang tidak terdapat lagi pada TBM.
Lalang (Imperata cylindrica) termasuk
salah satu dari sepuluh gulma penting yang paling merugikan.Saat ini dikenal
enam varietas lalang, salah satu diantaranya tumbuh baik di Asia Tenggara.
Lalang merupakan gulma yang mempunyai
tingkat kebutuhan unsur hara yang rendah sehingga mampu tumbuh pada tanah yang
tidak subur, tanah berpasir dan rawa. Di Indonesia, gulma lalang masih dapat
tumbuh di areal dengan ketinggian mencapai 2.600 m di atas permukaan laut.
Perkembangbiakannya dilahan yang terbuka
(tanpa naungan) sangat cepat melalui biji maupun akar rimpang.Dalam waktu 75
hari setelah menyebar, sebatang akar rimpang mampu menghasilkan lebih dari 3 kg
bobot kering dan satu tajuk bunga mampu menghasilkan 500–600 biji.Populasi
lalang pada lahan yang tidak diolah dapat mencapai 3–5 juta pupus per hektar
dengan biomasa daun 7–18 ton dan rimpang 3–11 ton per hektar.Suatu areal
disebut Sheet Lalang jika populasi lalang diareal tersebut berkisar 40-100%.
Kerugian yang ditimbulkan oleh lalang
disamping menjadi pesaing bagi tanaman utama dalam serapan hara, air dan
kompetisi ruang, juga menghasilkan zat alelopati yang bersifat racun.Kandungan
bahan organik, N dan P dibawah lalang lebih rendah jika dibandingkan pada lahan
yang didominasi populasi putihan (Eupatorium palescens) maupun sengganen
(Melastoma malabatricum).Pertumbuhan tanaman kacangan yang terhambat oleh
populasi lalang juga dapat menjadi indikator bahwa lahan tersebut mempunyai
kandungan unsur P yang rendah.
Cara
Pengendalian Ilalang
Pengertian pengendalian lalang adalah
upaya mengendalikan bagian–bagian yang dapat menyebabkan pertumbuhan lalang,
baik pertumbuhan vegetatif (akar rimpang) maupun generatif (biji). Beberapa
cara yang sering dilakukan dalam pengendalian lalang adalah perebahan, mekanis
kultur teknis dan kimiawi.
1. Perebahan
Perebahan merupakan salah satu tehnik
pengendalian lalang yang sesuai diterapkan untuk lahan perkebunan, dengan
kelebihan sebagai berikut :
a. Daun
dan batang yang telah rebah akan kering dan mati tanpa merangsang pertumbuhan
tunas pada rimpang, sekaligus menjadi mulsa yang menghambat pertumbuhan gulma
lainnya.
- Relatif mudah dilakukan serta dapat mengurangi resiko kebakaran (lalang yang telah rebah relatif sulit terbakar).
Perebahan sebaiknya dilakukan sewaktu
lalang telah berkembang penuh dan padat.Lalang yang daunnya telah kering lebih
mudah direbahkan, biasanya dimusim kemarau.Rotasi dilakukan sesuai dengan
perkembangan lalang. Untuk lahan dengan tanaman kelapa sawit yang masih muda
dan tajuknya belum menutup memerlukan rotasi yang lebih pendek dibandingkan
dengan lahan yang tajuk sawitnya telah menutup
Teknik
perebahan yang biasa dilakukan adalah :
ü Perebahan
menggunakan papan
Alat yang dipakai dapat terbuat dari papan yang
ringan dan kuat dengan bagian dasar rata atau cekung, panjang 1,5 m, lebar 25
cm dan tebal 5 cm. Pada kedua ujung papan diikatkan tali sebagai pegangan.
Penggunaannya adalah dengan cara memegang tali dan
menginjakkan kaki pada papan di atas lalang. Angkat kembali papan tersebut dan
lakukan secara berulang dari bagian pangkal sampai ujung lalang sehingga gulma
tersebut rebah secara sempurna.Alat ini sesuai untuk sheet lalang yang masih
banyak tunggulnya.Keperluan tenaga kerja adalah 15–20 HK/ha.
ü Perebahan
menggunakan potongan kayu atau drum
Sepotong kayu atau batang kelapa yang cukup berat
dengan panjang 2 m dapat digunakan untuk merebahkan lalang dengan cara
mendorongnya diatas lalang secara berulang–ulang sampai lalang rebah sempurna.
Cara ini sesuai untuk lahan yang relatif bebas tunggul dengan sedikit populasi tanaman
utama.
Cara yang lain adalah menggunakan drum minyak
kapasitas 200 lt yang diisi dengan air. Drum digulingkan diatas lalang
menggunakan tangan atau dimodifikasi sedemikian rupa sehingga dapat ditarik
hewan. Untuk meningkatkan efektifitasnya, dapat dipasang pelat–pelat logam
kecil pada permukaan drum. Cara ini memerlukan tenaga kerja 2–3 HK/Ha jika
dilakukan secara manual dan 1,0–1,5 HK/Ha jika menggunakan tenaga hewan.
2. Cara Mekanis
Pengertian cara mekanis adalah pengendalian lalang
menggunakan tenaga mesin (misalnya jenis wheel tractor), pengolahan tanah
menggunakan bajak atau cangkul secara manual dan penebasan.
ü Pembajakan/Pencangkulan
secara Manual
Pengendalian lalang dengan pembajakan
atau pencangkulan dapat dilakukan bersamaan dengan pengolahan tanah.Kegiatan
ini efektif jika lalang masih dalam tahap awal pertumbuhan.
Jika tinggi lalang telah mencapai 75 cm
atau lebih, sebaiknya lalang ditebas atau dibakar terlebih dahulu.Tanah diolah
sampai kedalaman 20–25 cm dan dibalik agar rimpang lalang kering terkena panas
matahari selama 1 minggu.Pengolahan tanah ini sebaiknya dilakukan beberapa kali
hingga rimpang benar–benar mati dan tidak tumbuh menjadi lalang baru.
ü Penggunaan
traktor
Tahapan
pelaksanaannya adalah sebagai berikut :
1. Pembajakan
pertama (1st ploughing) pada jalur–jalur yang searah dengan kedalaman
pembajakan sekitar 30 cm atau sampai ke kedalaman perakaran lalang.
2. Pembajakan
kedua (2nd ploughing), dilaksanakan 2 minggu setelah pembajakan pertama dengan
arah memotong jalur pembajakan pertama. Kedalaman pembajakan sama dengan
kedalaman pembajakan pertama.
3. Penggaruan
pertama (1st harrowing), dilaksanakan 2 minggu setelah pembajakan kedua.
4. Penggaruan
kedua (2nd harrowing), dilaksanakan 2 minggu setelah penggaruan pertama.
5. Penggaruan
ketiga (3rd harrowing), dilaksanakan 2 minggu setelah penggaruan kedua. Arah
penggaruan sebaiknya saling memotong dengan kedalaman 30 cm atau sampai ke
kedalaman perakaran, agar akar rimpang terpotong–potong halus sehingga tidak
memungkinkan lagi bagi pertumbuhan vegetatif lalang. Perburuan lalang (wiping)
dilakukan sebulan sekali.
6. Kebutuhan
hari kerja traktor (HT) didasarkan pada perhitungan berikut:
Keterangan :
S = Kecepatan traktor
W = Lebar implement
E = Efisiensi (50%)
1 HT = 10 jam
Dengan rumus diatas, maka kebutuhan hari
kerja traktor per hektar untuk setiap tahap adalah sebagai berikut :
1. Tahapan
Kebutuhan HT per ha
2. Pembajakan
pertama 0,26 HT
3. Pembajakan
kedua 0,24 HT
4. Penggaruan
pertama 0,14 HT
5. Penggaruan
kedua 0,14 HT
6. Penggaruan
ketiga 0,14 HT
o
Keuntungan penggunaan traktor dalam
pengendalian lalang adalah:
1. Waktu
yang diperlukan lebih singkat.
2. Kebutuhan
tenaga kerja lebih sedikit dibandingkan kebutuhan tenaga kerja pada cara manual
maupun cara kimiawi.
3. Dapat
dilakukan pada areal yang sulit air dan dalam waktu yang sama dapat dilakukan
pengolahan tanah.
o
Sedangkan kelemahannya adalah :
1. Biayanya
yang cukup mahal.
2. Hanya
dapat digunakan pada lahan yang datar sampai dengan kemiringan 8 – 9 %.
3. Memerlukan
waktu yang tepat terutama harus memperhatikan curah hujan. Cara ini lebih
efektif dilakukan pada musim kemarau, karena pada musim hujan banyak rimpang
lalang yang tidak kering dan mati sehingga lalang tersebut mampu tumbuh
kembali.
ü Penebasan
dan Mulsa
Penebasan dapat mengurangi persaingan
lalang dengan tanaman pokok, tetapi hanya sementara sehingga harus sering
diulangi terutama pada musim hujan.Pemberian mulsa dengan daun lalang dipangkal
gulma tersebut dianjurkan untuk menekan pertumbuhan kembali.
4. Pengendalian
secara Kultur Teknis
Tanaman penutup tanah jenis Leguminosae
(kacangan) yang tumbuh secara cepat, dapat menaungi dan menghambat pertumbuhan
lalang. Beberapa spesies yang sering ditanam sebagai tanaman penutup tanah
adalah Pueraria javanica (PJ), Centrosema pubescens (CP), Calopogonium
mucunoides (CM), Psophocarpus palustris (PP) dan Calopogonium caeruleum (CC).
o
Peranan kacangan penutup tanah dalam
rehabilitasi lalang adalah :
1. Menghambat
pertumbuhan dan perkembangbiakan lalang.
2. Menutupi
permukaan tanah secara cepat sehingga dapat mengurangi erosi tanah.
3. Mengikat
Nitrogen dari udara sehingga meningkatkan cadangan N dalam tanah.
4. Menghasilkan
jumlah mulsa dan meningkatkan kandungan bahan organik tanah.
5. Cara
Kimiawi
Maksud dari cara kimiawi adalah
pengendalian lalang dengan penyemprotan menggunakan bahan–bahan kimiawi yang
disebut herbisida. Cara ini lebih banyak digunakan, karena dapat dilakukan di
areal yang datar maupun bergelombang dengan biaya yang relatif murah.
Penyemprotan harus merata pada seluruh
areal dengan memperhatikan volume semprot, herbisida yang diperlukan, luas
lahan dan cuaca.Penyemprotan lebih efektif pada musim kemarau.
Jika umur lalang sudah tua, sebagian
besar daunnya kering dan banyak yang rebah, maka sebelum penyemprotan harus
dilakukan pembabatan atau pembakaran.Aplikasi herbisida dilakukan setelah
lalang mencapai tinggi 50 cm, yaitu 2–3 minggu sebelum berbunga atau sampai
masa pertumbuhan vegetatifnya habis.
Berdasarkan cara kerjanya, herbisida
dapat dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu herbisida kontak dan sistemik.
Herbisida kontak (misalnya dengan bahan aktif paraquat) mematikan lalang secara
cepat sehingga sangat bermanfaat jika penanaman tanaman utama harus segera
dilakukan. Namun demikian, lalang akan tumbuh kembali sekitar 2 minggu sehingga
herbisida kontak kurang efektif untuk mengendalikan lalang dalam waktu yang
lama.
Herbisida sistemik (dengan bahan aktif
glyfosat, sulfosat atau imazapir) menyebar dari daun lalang ke rimpang sehingga
mematikan tunas–tunas yang ada dan menghambat pertumbuhan kembali. Lalang akan
muncul kembali dari rimpang yang tidak terjangkau oleh herbisida karena
tertutup oleh daun lalang atau vegetasi lainnya.
Apabila ketersediaan herbisida atau
tenaga terbatas, prioritas pengendalian adalah mengisolasi perluasan lalang dan
menuntaskan sesuai kemampuan. Jangan mengendalikan keseluruhan tanpa follow
up-nya.
(a) Pengendalian
Lalang Sheet
Pada
pertumbuhan lalang yang meluas (sheet), metode pengendalian yang efektif adalah
dengan cara kimia (penyemprotan herbisida).Aplikasi dengan menggunakan Medium
Volume (MV = 450-600 lt/Ha) didasarkan atas tebalnya pertumbuhan lalang dan
kecepatan angin dikawasan yang akan disemprot.
(b) Pengendalian
Lalang Sporadis (Spot) dan Lalang Kontrol (Wiping)
Pertumbuhan lalang yang sporadis
(terpencar-pencar) akan lebih efektif jika diberantas dengan metode spot
spraying. Sedangkan pada kebun yang sudah normal kondisi lalangnya (lalang
kontrol) diberantas dengan cara Wiping (diusap dengan kain yang dibalutkan di
jari tangan). Untuk Spot spraying, dikonversikan kebutuhan herbisida dan air sesuai
dengan anjuran. Misalnya 15% dari total areal, maka herbisida yang dibutuhkan
15/100 x 4 atau 6 lt Round Up.
Wiping merupakan kelanjutan dari spot
spraying, pada lalang yang belum mati secara tuntas, atau tumbuh baru beberapa
helai daun.Pekerjaan wiping dilakukan secara beregu dengan sistem giring
sehingga tidak ada lalang yang tertinggal.Rotasi wiping 2 bulan sekali makin
lama makin jarang.
Tehnik Wiping lalang dilakukan dengan
menggunakan kain katun yang berukuran 3 x 12 cm dibalutkan pada tiga jari
tangan (tidak dibenarkan menggunakan kaos kaki atau sarung tangan). Contoh
herbisida yang dipakai adalah Eagle 480 AS atau Round Up (1,0–1,3 %) +
Surfaktan (0,5%) atau Assault 250 AS (0,5–0,7%) + Surfaktan (0,5%).
(c) Cara Wiping Lalang
Sebelum di-“wiping” rumpun lalang
dibersihkan dari sampah-sampah disekitar pangkalnya dengan menggunakan arit
kecil (guris).Kemudian celupkan kain ke dalam larutan herbisida dan peras
sedikit agar tidak menetes.
Penyapuan
(wiping) dimulai dari batang bawah sampai ke ujung daun secara merata dan
basah, dan dilakukan per helai daun lalang.Hindarkan batang/daun lalang pecah,
putus atau tercabut sewaktu wiping atau pembersihan sampah.
Untuk
menghindari terjadinya lalang yang ketinggalan tidak di-wiping atau terjadi
pengulangan wiping, maka sebaiknya ujung lalang yang telah di wiping dapat
diputuskan sedikit 1 cm dan dibuat
simpul ikatan.
2.5.
PRUNING
Pruning perlu dilakukan untuk menjaga jumlah pelepah yang optimal yang berguna
untuk tempat munculnya bunga dan pemasakan buah.
Pruning dilakukan setelah dilakukan kastrasi dan tanaman sudah mulai memasuki
tahap awal panen.
A.
Pengertian
Pruning
Pruning atau Tunas
Pokok adalah pembuangan pelepah- pelepah yang sudah tidak produktif atau
pelepah kering pada tanaman kelapa sawit. Pruning / Tunas Pokok termasuk dalam
kegiatan persiapan panen.
B.
Tujuan Pruning atau Tunas Pokok:
1.
Memangkas
pelepah yang sudah tidak produktif.
2.
Mempermudah
di dalam proses pemanenan serta pengutipan brondolan.
3.
Mempertahankan
jumlah pelepah setiap pokoknya minimal 56-64 pelepah.
4.
Sanitasi
( Menjaga kebersihan ) tanaman agar tidak diserang oleh Hama & Penyakit.
C. Teknis Pruning dilakukan
dengan cara:
1.
Memangkas
pelepah searah dengan arah spiral / letak alur pelepah.
2.
Supaya
hasil dari pangkasan terlihat rapi.
3.
Memangkas
pelepah yang tidak produktif, dengan ciri-ciri :
-
Pelepah
yang sudah tua dan kering
-
Pelepah
sudah tidak dijadikan pelepah songgo ( minimal songgo 2).
-
Memangkas
pelepah secara mepet & tepat pada bagian bawah pangkal pelepah. Pelepah
harus dipangkas mepet dengan tujuan untuk mencegah tersangkutnya brondolan pada
pelepah.
-
Menyusun
pelepah hasil sisa pangkasan di Gawangan Mati atau disusun di antara pokok
tanaman & dipotong menjadi 3 bagian.
2.6. JALAN
Jalan
merupakan salah satu faktor sarana di perkebunan sawit yang harus selalu dijaga
keberadaannya sehingga dapat dilalui dalam kondisi apapun.
Untuk
menjaga jalan
:
- Perawatan dan perbaikan rutin,semua pengguna jalan perduli dan tidak menunggu-menunggu bila terjadi kerusakan.
2.Genangan
Air pada badan adalah Musuh Utama Jalan.
3. Badan jalan setiap hari harus mendapat sinar
matahari dan ada kontrol mandor/petugasjalan.
4. Setiap jalan memiliki tali air setiap 50 m.
5. Jalan
memiliki parit kanan kiri atau air mengalir tidak di badan jalan.
6. Muatan
truk wajib disesuaikan dengan kemampuan jalan.
Jenis
-jenis jalan:
ACCESS ROAD
Merupakan jalan penghubung dari jalan negara kekebun atau
PKS dengan lebar badan jalan sekitar 20 M.
COLLECTION
ROAD (CR)
Dibangun arah utara-selatan dengan jarak antar CR 300 M
dan lebar badan jalan 7 M. Pada areal gambut/rawa jalan dibuat dengan sistem
tanggul dengan satu parit pada sisi badan jalan.
MAIN
ROAD (MR)
Dibangun
arah timur-barat dengan jarak antar 1000 M dan lebar badan jalan 9 M.Pada areal
gambut/rawa jalan dibuat dengan sistem tanggulan dengan satu parit pada sisi
badan jalan.
KEY
ROAD
Adalah
MR dan/atau CR yang ditetapkan sebagai jalan angkut utama dari divisi ke PKS
dan/atau ke access road.
JALAN
PRINGGAN
Adalah
jalan yang dibangun sepanjang batas kebun yang berfungsi sebagai pembatas kebun
dengan areal luar kebun.
JALAN
KONTUR
Adalah
jalan yang dibangun pada areal berbukit,dibuat memotong kontur dengan lebar 5-7
M tanah asli yang berfungsi sebagai MR dan CR.
Perawatan
jalan
Peralatan yang digunakan untuk perawatan jalan secara
manual :
1.
Cangkul
2.
Linggis
3.
Tembilang
4.
Palu berat 2 kg
5.
Angkong /goni belah eks pupuk
6.
Egrek + bambu
7.
Parang
8.
Meteran
9.
Ember
2.7. JEMBATAN
Pada
awal pembukaan lahan, jembatan dan gorong-gorong dapat dibuat dari batang
pohon.Pembuatan jembatan dan gorong-gorong permanen dilakukan secara bertahap
dalam jangka waktu 3 tahun sehingga pada saat mulai panen pembangunan jembatan
telah selesai.
Khusus untuk areal replanting langsung dibuat jembatan
permanen karena sulit untuk mendapatkan kayu.
Penentuan pembuatan jembatan dan box
culvert/gorong-gorong sebagai berikut :
a.
Jembatan
: Jika lebar parit > 2 m
b.
Box culver :
Jika lebar parit > 1 - 2 m dan air parit mengalir
sepanjang tahun .
c.
Gorong-gorong : Jika lebar parit < 1 m
JENIS-JENIS JEMBATAN
-
Jembatan
beton
Rangkaian titi beton terdiri : abutment, gelagar,
lantai, sayap jembatan
-
jembatan
kayu
Rangkaian jembatan
kayu :rangka barao,barao,gelagar,lantai jembatan,lantai roda.
2.8. HAMA
PENYAKIT
Tikus termasuk
hewan mamalia Ipemakn
segalanya (omnivora) dan merupakan hama pada tanaman kelapa sawit.
v
Pada
TBM tikus merusak titik tumbuh (umbut)
yang dapat menyebabkan tanaman sampai mati ± 20 %.
v
Pada
TM menyerang buah muda,tua dan brondolan sehingga merugikan secara kualitas
(asam lemak bebas naik) dan secara kualitas merugikan produksi ± 5 %.
JENIS TIKUS PERUSAK TANAMAN KELAPA SAWIT
Ø
Rattus
argentiventer (TIKUS SAWAH)
1.Ekor
lebih pendek dari panjang kepala dan badan.
2
.Tonjolan pada telapak kaki lebih kecil dan halus.
Ø
Rattus
tiomanicus (TIKUS POHON)
a.
ukuran
ekor lebih panjang dari kepala dan badan
b.
Tonjolan pada telapak kaki relatif besar dan kasar.
GEJALA
SERANGAN
1.
PENGAMATAN PADA TBM
Ø
Dilakukan
setelah umur 1 bulan (sesuai kondisi serangan).ditandai karatan pada
pelepah,pelepah patah dan pohon mati karena titik tumbuh sudah rusak.
Ø
Secara
sampling per 13 baris terhadap semua pohon dalam barisan
(terserang/tidak)kriteria ringan (R) < 10 %, sedang (S) 10 - 20 % &
berat (B) > 20 %
Ø
Pengamatan
ulang ± 3 bulan setelah pengumpanan terakhir,jika
serangan dibawah ambang,interval pengamatan per 3 bulan sampai umur tanaman 2
tahun.
2.
PENGAMATAN PADA TM
PENGAMATAN
DILAKUKAN:
Ø Selektif terhadap blok yang terdapat serangan >
10 %pada buah di TPH, dilakukan setiap 3 bulan sekali.
Ø Keratan baru dengan warna hijau segar pada bunga dan buah
Ø Keratan baru dengan warna kuning segar pada buah buah tua
dan brondolan.
Ø Satuan perhitungan adalah pohon misalnya.
Ø Keratan segar pada 1 pohon> 1 dihitung
1 pohon saja.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Ø Materi
merupakan pengantar kepada teknis lapangan dimana setiap materi harus
terseleksi untuk dilakukan dilapangan
Ø Dapat
menggunakan item dan teknik yang sesuai dengan kondisi dan areal
Ø Penyesuaan
item dan cara kerja dipengaruhi oleh linkungan dan kenyataan lapangan
Ø Setiap
praktek pekerjaan dibutuhkan materi pendukung dan dibantu dengan logika yang
kuat dan masuk akal untuk menyelesaikan suatu pekerjaan
Ø praktek
dan teori sangat penting untuk dilakuakan tetapi pemahaman lingkungan haruslah
dipertimbangkan
3.2. saran
Ø setiap
item pekerjaan perlu dilakukan praktek tujuan, agar dapat dipahami dan petunjuk
untuk penilaian dosen kepada setiap mahasiswa karena kebanyakn mahasiswa tidak
mampu mengukir dengan pena dan pensil tetapi mampu mampu denhan cankul, sabit,
parang dan sejenisnya.
Ø Tes
lapangan berupa Tanya jawab perlu dilakuakan
DAFTAR
PUSTAKA
-
Aras, 2009. Efektifitas Herbisida
Sistemik Pada Gulma Kelapa Sawit
-
http/:/pemeliharaansawit-pirigan-manual-sistemik-sawit-htmikj,.
-
Htt:/sawiiit.blogspot.com/2009/09/untitled-document-kelapa-sawit-adalah.htmI?m=1
-
Wahyudi. 2005. Formasi dan Struktur Gerakan Sosial
Petani, Studi Kasus Reklaiming/Penjarahan Atas Tanah PTPN XII (Persero)
Kalibakar Malang Selatan. Malang: UMM Press
-
Trisnu BrataNugroho, 2013. Kebun Rakyat, Plasma, Dan Kkpa; Potret
Perjuangan Mewujudkan Kesejahteraan
Dalam Dialektika Agraria Di
Perkebunan Kelapa Sawit.Jurnal Pendidikan &
Kebudayaan (Balitbang Kemendikbud), Jurnal Forum Ilmu Sosial (Universitas
Negeri Sematrang), Jurnal Komunitas (Universitas Negeri Semarang), Jurnal
Unisia (Universitas Islam Indonesia)
-
Langganan:
Postingan (Atom)